Digitalnote

Makin Sulit Menahan Angin Konvergensi

Unsplash/Jackson David
Unsplash/Jackson David

Seiring dengan makin besarnya kebutuhan pengguna telekomunikasi di Indonesia, maka konvergensi layanan telekomunikasi pun tidak dapat ditolak. Cepat atau lambat, masyarakat membutuhkan layanan telekomunikasi yang lebih cepat, lebih lancar hingga minim blank spot.

Untuk itulah, wacana mengenai teknologi Fixed Mobile Convergence (FMC) kembali mengemuka. Teknologi ini secara ide, menggabungkan layanan fixed broadband dan seluler dalam satu genggaman. Wacana untuk mengembangkan FMC, sebenarnya sudah mulai terdengar sejak 2005.

Perlahan, secara global banyak perusahaan telekomunikasi yang melakukannya. Menurut Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin kedatangan konvergensi layanan fixed dan mobile di Indonesia tak bisa ditolak karena teknologi sudah mendukung dan ada kebutuhan di sisi pengguna.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Fixed Mobile Convergence (FMC) sudah menjadi topik sejak dua dekade lalu secara teknologi, hal ini karena pelaku usaha sadar kebutuhan pasar pasti mengarah ke konvergensi seiring digitalisasi kian kencang,” kata Doni, dalam acara diskusi IndoTelko Forum bertajuk "Entering Telecommunication Convergence Era, How to Respond?" di Jakarta, Kamis (23/02/2023).

Doni menyampaikan, sekarang tuntutan pengguna adalah tak ingin komunikasi terputus tanpa melihat layanan akses yang digunakan. “Misalnya, ada segmen pelanggan yang ingin tetap terkoneksi dari awalnya memanfaatkan telepon rumah, berpindah keluar tetap bisa komunikasi tanpa harus ganti perangkat. FMC bisa menjawab kebutuhan ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, dari sisi teknologi operator terlihat serius menggarap FMC dengan menggeber 5G dan fiberisasi jaringan. Belum lagi sejumlah aksi korporasi dilakukan yang mengarah pada konsolidasi layanan.

“Kalau di pasar global, 23 dari 25 pemain sudah memiliki kapabiltas Fixed dan Mobile di dalam entitas yang dikuasai 100 persen," kata Doni. Gejala yang sama, lanjut dia, terjadi di Indonesia.

Mulai dari, XL Axiata yang mengakuisisi LinkNet atau MyRepublic, Smartfren, dan Moratelindo yang sahamnya dikuasai Grup Sinar Mas. "Jika kontrol dalam satu entitas akan memudahkan untuk menggelar FMC. Saya yakin FMC akan menjadi produk yang layak dijual ke pasar oleh operator untuk beberapa tahun mendatang,” paparnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict