Digicafe

Mengenal Serba-serbi Kemasan Makan dan Minuman

Unsplash/Markus Spiske
Unsplash/Markus Spiske

Saat ini membeli makanan secara delivery atau take away, sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Riset yang dilakukan Tenggara Strategics yang berjudul "Survei Persepsi & Perilaku Konsumsi Online Food Delivery (OFD) di Indonesia", nilai transaksi GoFood tercatat menjadi yang terbesar di antara layanan pesan antar makanan di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Nilai transaksi GoFood pada 2021 mencapai Rp 30,65 triliun dari estimasi nilai transaksi Gross Merchandise Value di sektor OFD sebesar Rp 78,4 triliun. Tren serupa juga terjadi di region Asia Tenggara dimana pada awal 2022, nilai transaksi pesan-antar makanan seperti GrabFood dan GoFood di Asia Tenggara mencapai Rp 223 triliun.

Isu tentang keamanan pembungkus makan dan minuman dalam layanan pesan antar pun kerap menjadi perbincangan. Polemik serupa juga sempat terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa soal wrapping (pembungkus) untuk restoran cepat saji. Bungkus kertas makanan cepat saji yang dilapisi suatu jenis plastik, dikhawatirkan mengandung zat kimia berbahaya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Associate Director Climate Policy Initiative & NPAP Behavior Change Task Force, Tiza Mafira menjelaskan, di Indonesia yang kerap menjadi perhatian adalah bahaya penggunaan kemasan isi ulang dari bahan plastik. "Kalau kita bicara, sebenarnya semua materi plastik itu ada resikonya baik itu single use, maupun reuse”, ujar Tiza.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict