Digitalnote

Mengenal Standar Baru Etika Dunia Maya

Stockvault/Jack Moreh
Stockvault/Jack Moreh

Ruang digital kini banyak digunakan sebagai ruang berekspresi. Namun, patut dipahami, latar belakang orang-orang yang ada di ruang digital maupun di media digital berbeda-beda dan memiliki pemahaman yang tak sama.

Oleh karena itu, dibutuhkan standar baru etika dalam berinteraksi di dunia digital. Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya Meithiana Indrasari menjelaskan, saat ini ada sejumlah tantangan budaya digital di Indonesia. Beberapa di antaranya, adalah mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya sopan santun, kian dominannya budaya asing di dunia digital, minimnya pemahaman tentang hak-hak digital, kebebasan berekspresi yang berlebihan, hingga hilangnya batas-batas privasi.

“Mari kita jadikan ruang digital sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak bertumbuh kembang, serta tempat di mana kita hadir secara bermartabat sebagai bangsa,” ujar Meithiana, dalam webinar bertema “Kebebasan Berekspresi di Dunia Digital”, Selasa (9/8), di Singkawang, Kalimantan Barat, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Senada, Head of Research and Development (RND) Urban Saloka Denisa N Salsabila menyampaikan, interaksi di dunia digital sekarang ini, sangat membutuhkan etika bersama. Pasalnya, di ruang digital semua orang bertemu dan berinteraksi dalam situasi yang berbeda secara kultural.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict