Digitalnote

Pendanaan Rp 6,1 Miliar untuk Kembangkan Potensi Pengolahan Jagung

Memanfaatkan teknologi untuk Pengolahan Jagung

 

Kora, startup agritech yang berinovasi dalam industri pascapanen jagung, pada Jumat (15/9/2023) mengumumkan pendanaan pre-seed senilai 400 ribu dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 6,1 miliar. Pendanaan ini berasal dari perusahaan modal ventura global, Antler, dan Gibran Huzaifah yang merupakan pendiri e-Fishery sebagai angel investor.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dengan suntikan dana ini, Kora berencana memperluas cakupan operasional dan menyediakan bantuan teknologi yang lebih besar kepada para petani di Lampung. Wilayah ini dipilih karena merupakan wilayah yang sangat penting bagi perusahaan dan pendirinya.

Dian Prayogi Susanto, Co-founder dan CEO Kora menjelaskan, provinsi Lampung mempunyai lebih dari sekadar peran strategis. "Generasi keluarga saya mempunyai sejarah pertanian yang panjang di wilayah ini. Kakek nenek saya telah berkecimpung di pertanian sejak lama, dan kami menyadari sektor agrikultur Indonesia masih banyak bergantung pada teknik kuno, padahal sudah banyak kemajuan dalam teknologi pertanian," ujarnya.

Dengan latar belakang pendidikan teknik serta pengalaman bisnis sebelumnya, termasuk dalam mendirikan agritech Habibi Garden, Dian membawa visi baru untuk memodernisasi pertanian Indonesia. Pada 2022, Dian mendirikan Kora, usaha rintisan yang berfokus pada peningkatan kualitas dan produktivitas tanaman jagung pascapanen.

Tanaman jagung dipilih karena komoditas ini mempunyai permintaan yang kuat dan berdampak besar pada rantai pasokan dan biaya pakan ternak di Indonesia. Dari segi model bisnis, Kora berupaya memperpendek rantai pasok jagung, dengan cara merangkul semua pihak.

Kora, startup agritech yang berinovasi dalam industri pascapanen jagung, pada Jumat (15/9/2023) mengumumkan pendanaan pre-seed senilai 400 ribu dolar Amerika Serikat (AS)
Baca Juga: Membawa Gatotkaca ke Tengah Industri Gaming Internasional

Baca Juga: Semangat Menghilangkan Trauma akan Matematika

Mulai dari perantara (middlemen) hingga petani, dan menghubungkan mereka langsung ke industri (B2B). Pendekatan holistik ini tidak hanya meningkatkan produktivitas panen, tapi juga memperkuat koneksi pelaku industri secara keseluruhan.

Menurut Dian, selama ini, lebih dari 90 persen petani skala mikro belum memiliki akses ke fasilitas pengolahan jagung pascapanen. Mereka juga belum terhubung langsung ke pembeli korporasi, sehingga petani harus melalui beberapa lapisan perantara. "Disinilah Kora hadir, sebagai jembatan untuk memperpendek rantai pasokan jagung,” kata Dian.


Dengan memanfaatkan teknologi, ia melanjutkan, Kora membantu petani mendapatkan hasil panen jagung yang lebih konsisten, lebih tahan lama, serta bergizi. Termasuk juga, menjualnya langsung dengan harga yang kompetitif.

Dalam 10 bulan terakhir, Kora berhasil menjual hampir 11 juta kilogram jagung dan meraih pendapatan sebesar 2 juta dolar AS atau sekitar Rp 30 miliar. Di 2023, pendapatan kuartal pertama rintisan ini telah naik lima kali lipat dibandingkan tahun lalu.


“Investasi terhadap Kora merupakan wujud pendekatan kami yang bernama ‘Day Zero’, dimana kami ingin mendampingi perjalanan para founder inovatif sedari awal," ungkap Agung Bezharie Hadinegoro, Partner Antler. Menurut Agung, pendekatan Kora selama ini, berfokus pada pemanfaatan teknologi yang mudah diakses, dan memberikan solusi di sektor yang selama ini sulit dipenetrasi.

Sistem yang mereka tawarkan tak hanya meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, tapi juga berkontribusi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan teknik bertani tradisional.

"Antler sangat mendukung visi ini dan bertekad untuk bekerja sama dengan Kora dalam mendorong praktik pertanian berkelanjutan di Indonesia," ujar Agung.

Industri jagung di Indonesia merupakan salah satu sektor strategis. Dimana kini terdapat 5,5 juta hektar lahan dengan nilai industri sebesar 150 miliar dolar AS, atau setara Rp 230 triliun.

Pada 2022, produksi jagung di Indonesia akan mencapai 44 juta ton (25,3 juta jagung pipilan basah, dan 18,7 juta jagung simpan gudang), dengan kebutuhan jagung sebanyak 16,98 juta ton. Dari angka tersebut, Lampung sendiri menyumbang sembilan persen dari total produksi nasional.