Algoritma AI dan Ancaman Demokrasi
Saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam berbagai aspek kehidupan. Begitu juga, dalam keikustertaan politik dan demokrasi.
Sejak era media sosial hadir, pelaksanaan pemilu telah mengalami perubahan signifikan. Banyaknya hoaks dan pemanfaatan algoritma AI tanpa tanggung jawab yang jelas, telah membuat disrupsi di proses pemilu dan politik berbagai negara, di antaranya:
• Amerika Serikat
Pemilihan presiden Amerika Serikat 2016 menjadi sorotan utama karena pengaruh yang signifikan dari sosial media dan AI. Kontroversi muncul terkait penyebaran berita palsu, kampanye informasi yang terkoordinasi oleh aktor asing, dan manipulasi algoritma yang memengaruhi visibilitas konten politik.
• Inggris
Referendum Brexit pada tahun 2016 di Inggris juga terpengaruh oleh media sosial dan AI. Terdapat laporan tentang kampanye yang intens di media sosial dengan penyebaran informasi yang tidak akurat, serta penggunaan mikrotargeting dan personalisasi pesan untuk mempengaruhi pemilih.
• Brasil
Pemilihan presiden Brasil pada 2018 menunjukkan pengaruh besar dari media sosial dan AI. Kampanye yang disebut "Bolsonaro Digital" menggunakan strategi pemasaran digital yang agresif. Termasuk penyebaran berita palsu dan kampanye informasi yang terkoordinasi, untuk memengaruhi opini publik dan mencapai kemenangan elektoral.
• Myanmar
Di Myanmar, media sosial dan pesan berantai di platform seperti Facebook telah digunakan untuk memicu kekerasan antara kelompok etnis dan agama yang berbeda. Pada 2017, krisis Rohingya terjadi, di mana kampanye kebencian dan desinformasi melalui media sosial memicu serangan brutal terhadap komunitas Rohingya.
• India
Pemilihan umum di India juga telah terpengaruh oleh sosial media dan AI. Terdapat laporan tentang penyebaran berita palsu, retorika polarisasi, dan serangan personal melalui platform media sosial yang mempengaruhi suasana politik dan opini publik.