Benarkah Kulit Butuh Puasa?
Beberapa tahun lalu, tercetus sebuah tren bernama skin fasting yang populer di antara para wanita. Berasal dari Jepang, skin fasting merupakan metode rejuvenate atau peremajaan yang dilakukan dengan mengurangi atau menghentikan pemakaian skin care pada kulit wajah selama beberapa saat.
Ibaratnya, dengan mencoba metode ini, kamu tengah mengajak kulit untuk ‘berpuasa’ atau beristirahat sejenak dari berbagai macam produk kimia. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi detoks, yang diklaim merupakan kemampuan alami kulit.
Menurut dr Dara Ayuningtyas dipl AAAM dari ZAP Clinic, kulit tidak mempunyai kemampuan detoks. Detoksifikasi atau penguraian racun hanya dapat terjadi pada organ tubuh khusus, yaitu hati dan ginjal.
Tidak ada regimen perawatan kulit yang dapat membantu kulit mengeluarkan detoks, karena kulit memang tidak memiliki kemampuan tersebut. Dengan demikian, tidak tepat jika dikatakan skin fasting merupakan metode detoks alami bagi kulit.
Walaupun banyak orang telah mencoba skin fasting, sampai saat ini belum ada penelitian yang spesifik membahas hubungan antara skinfasting dan kesehatan kulit. Alih-alih mengharapkan skin fasting sebagai sebuah solusi ajab ajaib, skin fasting dapat kita artikan ulang sebagai metode untuk membatasi penggunaan zat aktif berlebih dalam waktu bersamaan.
Semakin banyak produk dan kombinasi skin care yang kita gunakan, kulit semakin berpotensi untuk mengalami iritasi dan beberapa efek lain. Skin fasting dapat menjadi cara untuk mengobservasi dan meminimalisir efek iritatif yang du rasakan pada kulit wajah. Menurut Dara, perhatikan hal ini saat ingin mencoba skin fasting.
“Yang terpenting saat mengimplementasikan skin fasting adalah kamu sudah tau jenis dan permasalahankulitmu. Jika memiliki masalah seperti kulit kering, sensitif, berjerawat, pigmentasi dan eksim, kamu harus lebih berhati-hati," ujarnya.
Selain itu, Dara melanjutkan, pastikan agar tetap menggunakan tiga skincare dasar yaitu pembersih, pelembab, dan sunscreen agar kulit dapat tetap menjalankan fungsinya dengan baik. Menurutnya, tujuan utama dari penggunaan skincare adalah menjaga fungsi kulit sebagai pelindung yang efektif dari potensi kerusakan.
Sebaliknya, penghentian total penggunaan skin care akan berpotensi mengembalikan “pola asli’’ kulit tersebut. Baik itu, pada awalnya berminyak, jerawat, atau kusam.
Maka dari itu, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan, pastikan kita tetap menggunakan basic skincare dan zat aktif sesuai permasalahan kulit.