Digicafe

Algoritma dan Ganasnya Kemacetan Ibukota

Unsplash/Marcel Ardivan
Unsplash/Marcel Ardivan

Perusahaan dan instansi pemerintahan di wilayah Jabodetabek, telah menerapkan kebijakan Work From Office (WFO) kembali, tiga tahun setelah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, pada bulan Ramadan ini, beberapa perusahaan dan instansi pemerintahan melakukan penyesuaian dan/atau pengurangan jam kerja.

Apakah kebijakan ini mempengaruhi mobilitas pekerja kantoran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Tim Pacmann bekerja sama dengan Nurvirta Monarizqa, selaku Data Scientist di Microsoft melakukan analisis waktu perjalanan pulang-pergi kerja antara daerah perkantoran dengan kecamatan-kecamatan di wilayah Jabodetabek.

Data waktu perjalanan ini, dikumpulkan dengan mengambil waktu tempuh secara real time dari tiap titik pusat kecamatan di Jabodetabek kelima proxy tempat kerja, seperti Thamrin, SCBD, Kuningan, Blok M, dan TB Simatupang. Setiap 15 menit dari pukul 07.00-10.00 dan sebaliknya dari proxy tempat kerja ke centroid kecamatan dari pukul 16:00-20:00, menggunakan HERE Maps API.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tim Pacmann memilih pekan ketiga bulan Ramadan selama hari kerja dan jam berangkat atau pulang dinyatakan dalam waktu Indonesia Barat (WIB), agar data yang dianalisis bersifat representatif. Hasil analisis menunjukkan, secara rata rata, mayoritas durasi perjalanan, baik pulang maupun pergi, berkisar antara 30-120 menit dengan tendensi (median) 75 menit.

Dok Pacmann
Dok Pacmann

Namun, terdapat beberapa daerah yang durasi pulang atau perginya di atas dua jam. Di antaranya kecamatan Nanggung, Sukajaya, Pamijahan dan Tanjungsari, yang masuk ke dalam daerah administrasi Kabupaten Bogor.

Durasi perjalanan pada beberapa variasi jam berangkat maupun jam pulang memiliki deviasi yang kecil. Secara umum, durasi perjalanan di seluruh kecamatan cenderung sama, baik ketika berangkat pada pukul 7.00 atau 10.00, dan tidak banyak perbedaan.

Namun, durasi perjalanan pulang paling tinggi terjadi jika pulang pada pukul 17.00, yang merupakan rata-rata jam pulang kantor yang dipercepat agar bisa berbuka di rumah. Selain itu, ada pola berbeda untuk tiap kecamatan.

Ada yang berangkat lebih pagi akan lebih cepat, namun ada pula yang lebih siang justru lebih cepat. Pun berbeda untuk tiap proxy kantor. Tim Sekolah Data sekaligus Data Analyst di Pacmann, Erisha Aryanti menjelaskan, dengan analisis tren ini, diharapkan dapat membantu perusahaan mengoptimalkan pengaturan jam kerja karyawannya.

"Dengan mengetahui durasi perjalanan yang optimal untuk setiap titik kantor proxy, perusahaan dapat mengatur jam kerja karyawannya agar lebih efisien," ujarnya. Misalnya, lanjut Erisha, dengan memberikan pilihan waktu berangkat yang fleksibel demi menghindari kerumunan atau waktu-waktu padat.

Dok Pacmann
Dok Pacmann

"Untuk analisis clustering jam pulang pada tiap proxy kantor, kami melihat bahwa setiap daerah memiliki pola durasi perjalanan yang berbeda-beda," ungkapnya. Untuk proxy kantor Thamrin, pola durasi perjalanan yang terlihat paling menarik dan seragam.

Dengan durasi perjalanan tertinggi terjadi ketika pulang pada pukul 17.00 yang merupakan jam pulang kantor yang umum di bulan puasa. Cluster satu proxy kantor Thamrin menunjukkan durasi perjalanan yang lebih lama jika pulang pada pukul 17.00 dan 18.00.

Sedangkan cluster dua menunjukkan lebih baik pulang setelah pukul 18.00. Sementara itu, cluster tiga menunjukkan bahwa pulang pada pukul 19.00 paling baik dengan durasi perjalanan paling kecil.

Pada proxy kantor SCBD, cluster satu menunjukkan lebih baik pulang setelah pukul 17.00. Sedangkan Cluster dua menunjukkan lebih baik pulang setelah pukul 17.00 atau 18.00, buka puasa dulu, setelahnya baru pulang, dan cluster tiga menunjukkan lebih baik pulang setelah pukul 17.30.

Menariknya, ada beberapa daerah di Jabodetabek yang memiliki pola konsisten pulang lebih akhir lebih baik, seperti Cilandak dan Ciputat, Serpong (BSD) dan Gunung Sindur, Cibubur, Sentul, Cileungsi, dan sekitarnya, dan labupaten Bekasi bagian utara dekat perbatasan Rengasdengklok.

Menurut Monarizqa, secara umum, dari hasil analisis ini, ditemukan data ternyata ketika rush hour (7-10 pagi dan 4 sore - 8 malam-Red), tipikal waktu tempuh dari titik tengah kecamatan ke proxy kerja adalah 25 persen lebih lama daripada tidak ada trafik.

"Sehingga apabila dari rumah ke tempat kerja tanpa trafik butuh waktu 40 menit, siap-siap waktu tempuh rush hour nya menjadi 50 menit, dan waktu tempuh ketika macet-macetnya menjadi 60 menit," ujarnya.

Namun, penambahan waktu tempuh ini berbeda untuk tiap kecamatan dan proxy kantor. Jika bekerja di Blok M atau TB Simatupang misalnya, waktu yang harus ditambahkan ke perjalanan ketika rush hour atau macet akan relatif lebih sedikit dibandingkan rekan yang kerja di SCBD atau Kuningan.

Jika tinggal di kecamatan Nanggung, atau Sukajaya, Bogor, misalnya. Pertambahan ketika rush hour dan macet hanya kurang dari 20 persen saja karena waktu tempuhnya sendiri tanpa macet sudah cukup lama. Namun, apabila tinggal di Pesanggrahan Jakarta Selatan, Pondok Aren Tangerang Selatan, Taman Sari Jakarta Barat, Kebon Jeruk Jakarta Barat, Jatinegara Jakarta Timur, atau Kebayoran Lama Jakarta Selatan, maka siap-siap untuk menambah lebih dari 60 persen waktu tempuh saat rush hour dan lebih dari 100 persen waktu tempuh di kala macet.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict