Berbagi Strategi Bermedia sosial dengan Lebih Mindful
Menjalani kehidupan saat ini jelas tak bisa dipisahkan dari keberadaan media sosial (medsos). Menurut laporan We Are Social, pengguna internet global menghabiskan rata-rata 147 menit atau 2,45 jam per hari untuk mengakses medsos.
Pada 2022, Indonesia menempati posisi ke-10 dalam daftar ini, dengan rata-rata waktu penggunaan media sosial 197 menit atau sekitar 3,2 jam per hari. Sayangnya, tak selamanya bermedia sosial membawa pengaruh yang baik.
Terkadang, akibat interaksi di media sosial kita kerap membandingkan diri dengan orang lain. Termasuk juga, kemudian merasa frustasi atau tidak nyaman dengan pencapaian diri kita.
Journal of Social and Clinical Psychology juga menyatakan, salah satu pemicu depresi adalah kebiasaan membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain. Perilaku negatif tersebut dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri dan pada akhirnya memicu depresi.
Certified life coach bersertifikat Tri Nuraini mengungkapkan, di era digital seperti sekarang, bermain media sosial layaknya zero sum game atau peperangan yang tidak akan pernah bisa kita menangkan. Terutama, ketika dikaitkan dengan self worthy atau menjaga rasa keberhargaan diri.
"Di era digital, ketika kita melihat atau membaca berita buruk, kita menjadi tidak nyaman. Tapi ketika kita melihat berita yang menyenangkan, bisa jadi kita justru merasa iri," kata wanita yang biasa disapa Inuk, dalam workshop Blooming: Becoming Beautiful You Inside Out, yang digelar di Jakarta, Ahad (5/3/2023).
Jadi, lanjut dia, ketika kita bermain media sosial kita berhadapan dengan para engineer Silicon Valley dan para ahli komputer lainnya yang berusaha membuat kita tetap berada di dalam platform. "Jadi, bermain media sosial dan selalu merasa nyaman dengan diri kita, adalah perang yang tidak akan pernah kita menangkan," ujar Inuk yang juga penulis buku I'm Worthy ini.
Oleh karena itu, ia menyarankan kita agar mulai menerapkan mindfulness dalam bermedia sosial. Misalnya, ketika kita sedang gundah gulana, ada baiknya kita secara sadar mengurangi interaksi kita dengan media sosial.
Begitu pula ketika kita melihat ada postingan yang memicu suatu emosi di dalam diri kita. Hal itu juga harus kita rasakan secara sadar.
Inuk juga mengingatkan, media sosial memang membuat kita merasa kurang, kemudian sedih, hingga bahkan depresi. Tapi, upaya untuk tetap menjaga rasa penerimaan diri terhadap diri kita sendiri tetap harus dilakukan.
Dengan demikian, diharapkan kita dapat memitigasi berbagai dampak buruk dari beraktivitas di media sosial. Terutama, terhadap kesehatan mental kita sendiri.