Sukses Melalui Pandemi, Bersiap Hadapi Resesi
Sejak terjadi pandemi pada 2020, aktivitas bisnis dan perusahaan dihadapkan pada situasi yang sangat menantang. Di tahun pertama pandemi, terjadi perubahan dan penurunan permintaan barang, mengakibatkan sejumlah bisnis mengalami penurunan penjualan yang berimbas pada penurunan kinerja keuangan.
Namun dari tahun ke tahun situasi kembali membaik, aktivitas dan konsumsi masyarakat meningkat. Kendati pandemi masih naik dan turun, hal itu tidak lagi begitu mempengaruhi aktivitas masyarakat. Hal ini tak lepas dari telah terjadinya perubahan kebiasaan masyarakat, untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari yang harus terus berjalan.
Perubahan kebiasaan dan adaptasi pun tentu juga dilakukan oleh pelaku bisnis dan perusahaan. Di tahun pertama pandemi masih banyak perusahaan yang melakukan wait and see terhadap situasi yang terjadi. Tapi di tahun kedua dan seterusnya, perusahaan telah kembali aktif, meskipun dengan berbagai kebijakan dan aturan, namun semua telah terbiasa dan berjalan dengan baik.
CEO Infobrand.id, Susilowati Ningsih mengungkapkan, kondisi tersebut dapat dilihat dari kinerja perusahaan, yang dapat dilihat dari laporan keuangan, dimana telah banyak yang melaporkan kinerja positif. Baik itu dari sisi pendapatan, laba, bahkan dividen bagi perusahaan emiten dan non emiten.
Bangkitnya aktivitas bisnis pascapandemi, tentu saja tidak luput dari strategi dan kebijakan yang diambil oleh pucuk pimpinan. Bekerjasama dengan Tras.co, Infobrand.id menggelar Top Executive Award 2022 sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan bergengsi yang diberikan kepada President Director/Direktur Utama terbaik dari perusahaan emiten dan non emiten yang telah berhasil memimpin dan mengelola perusahaan dalam meningkatkan awareness, revenue, profit dan dividen perusahaan.
”Setiap keputusan dan kebijakan yang dihasilkannya, akan secara langsung berdampak terhadap terhadap kinerja perusahaan, kinerja keuangan dan terpenting adalah keuntungan sebuah perusahaan,” ujar Susilowati. Menurutnya, tujuan dari penghargaan Top Executive Award 2022 adalah untuk memberikan apresiasi dan penghargaan kepada pemimpin perusahaan dengan kinerja terbaik dalam memimpin dan mengelola perusahaan.
Senada, CEO Tras N Co Indonesia, Tri Raharjo menyebut, secara umum banyak perusahaan di Indonesia yang telah berhasil keluar dari tekanan situasi pandemi. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan bisnis dan perusahaan yang mayoritas menunjukkan kinerja positif.
"Meskipun 2020 merupakan tahun tersulit, dan 2021 tahun pemulihan. Namun di tahun 2022 menjadi tahun yang menggembirakan," ujarnya. Penilaian Top Executive Award 2022 untuk perusahaan emiten berdasarkan tiga parameter penilaian, yaitu: Revenue & Revenue Growth Aspect, Nett Profit & Profit Growth Aspect dan Dividen Aspect.
Sedangkan Riset Top Executive Award 2022 untuk Perusahaan Non Emiten berdasarkan tiga parameter penilaian, yaitu: Digital Corporate Brand Awareness Aspect, Revenue & Revenue Growth Aspect, dan Nett Profit & Profit Growth Aspect.
Beberapa peraih Top Executive Award 2022 antara lain, Suwito Mawarwati selaku Presiden Direktur PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk, Irianto Santoso selaku President Director PT Dharma Polimetal Tbk, Theodorus Ardi Hartoko selaku Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi, dan Darmawan Prasodjo selaku Direktur Utama PT PLN.
Strategi di Masa Resesi
Tahun depan diprediksi menjadi tahun yang gelap akibat krisis ekonomi, pangan, hingga energi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 serta perang Rusia-Ukraina. Bahkan, beberapa waktu belakangan ini Presiden Joko Widodo juga telah mengakui adanya sinyal resesi di Eropa, Amerika Serikat (AS), serta Cina yang turut berdampak pada Indonesia.
Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan, Presiden kerap menghimbau masyarakat untuk tetap optimis, berhati-hati, dan mulai bersiap menghadapi 2023. Resesi atau perlambatan ekonomi tentunya mempengaruhi daya beli masyarakat.
Co-Founder dan CEO Populix Dr Timothy Astandu pun membagikan beberapa tips yang dapat dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam menghadapi situasi yang dipenuhi ketidakpastian ini, di antaranya:
1. Manfaatkan riset pasar
Resesi seharusnya tidak menjadi penghalang sebuah bisnis untuk terus berinovasi. Namun, di tengah perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih selektif terhadap pengeluaran mereka, pelaku bisnis perlu mengeksplor peluang inovasi dan terus beradaptasi dengan kebutuhan dan minat masyarakat melalui riset pasar.
Riset pasar akan membantu memberikan insights bagi bisnis terkait produk dan tren yang tengah berkembang di tengah masyarakat, ketertarikan calon pelanggan dengan produk yang akan diluncurkan, hingga mengetahui harga yang rela mereka keluarkan untuk membeli produk tersebut. Selain melakukan riset pasar, pelaku bisnis juga perlu terus mengevaluasi performa setiap produk yang dimiliki dan menentukan produk-produk apa yang paling menguntungkan bisnis, maupun merugikan bisnis.
Dengan demikian, di tengah perlambatan daya beli konsumen, pelaku bisnis dapat lebih berfokus memperkuat produk-produk unggulannya serta memberhentikan pasokan produk yang kurang baik terlebih dahulu, guna mengurangi biaya produksi.
2. Diversifikasi pemasok
Di tengah melambatnya ekonomi, pasokan barang dan bahan baku akan mengalami imbas negatif akibat melemahnya daya beli masyarakat. Secara otomatis, biaya bahan baku bisa naik berkali-kali lipat.
Oleh karena itu, pelaku bisnis harus melakukan diversifikasi pemasok atau memiliki lebih dari satu pemasok agar produktivitas produksi tidak terganggu dengan ketersediaan bahan baku di pasaran yang terpapar kenaikan harga tersebut.
3. Efisiensi anggaran
Salah satu biaya terbesar pada operasional bisnis adalah anggaran pemasaran. Oleh karena itu, pelaku bisnis perlu melakukan efisiensi dengan memastikan alokasi anggaran pemasaran mereka tepat sasaran.
Dewasa ini, banyak pelaku bisnis yang mengalihkan strategi pemasaran mereka ke ranah digital karena jangkauannya yang luas, memungkinkan kreativitas yang lebih besar, dan memiliki biaya yang lebih terjangkau. Di sisi lain, Instagram, YouTube, dan TikTok menjadi platform yang diminati kalangan Gen Z saat ini.
Popularitas ketiga platform tersebut juga semakin mencuat karena ketertarikan Gen Z terhadap konten berbasis video dan live streaming. Selain itu, untuk menjangkau Gen Z, pelaku bisnis juga dapat mencoba kerja sama dengan influencer, content creator, atau Key Opinion Leader (KOL).
Hasil survei Indonesia Gen Z Report 2022 memperlihatkan, selain kualitas produk, Gen Z di Indonesia memiliki tingkat kepercayaan tinggi pada brand-brand yang memiliki hubungan dekat dengan influencers. Baik dalam hal kepemilikan jenama, maupun kerja sama dengan merek tertentu.