Mengembangkan Pola Pikir Masyarakat Digital, Apa Saja Ya?
Perkembangan pesat teknologi digital telah mengubah banyak hal dalam kehidupan. Mulai dari, pekerjaan, transaksi jual beli, hingga cara orang menjalin komunikasi dengan pihak lain.
Pemanfaatan teknologi digital ini tentu wajib dibarengi dengan kecakapan digital untuk menghindarkan penggunanya terpapar dampak negara teknologi digital. Hal ini menjadi bahasan utama dalam webinar bertajuk “Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Digital di Indonesia”, Rabu (23/11) di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al Muhajirin Purwakarta Dian Ikha Pramayanti menjelaskan, tak bisa dimungkiri, kini semakin dibutuhkan pola pikir yang serba digital di era sekarang ini. Di antaranya, growth mindset, kolaborasi, kelincahan belajar dan beradaptasi, serta kepribadian.
Menurut dia, growth mindset adalah kesuksesan dan kualitas individu dapat berubah dan berkembang melalui pembelajaran dan pengalaman. Sehingga bakat yang dimiliki sejak kecil adalah sekadar permulaan.
Orang yang memiliki pola pikir serba digital, lanjut Dian, bakal mendapat sejumlah manfaat. Mulai dari, berpikiran terbuka, mudah berkolaborasi, lebih cepat beradaptasi dengan perubahan, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Agar cepat memiliki pola pikir serba digital, yang harus didorong adalah keberanian untuk berubah dan mengambil keputusan dengan cepat, belajar secara utuh dan tuntas atau tidak setengah-setengah, serta terus memotivasi diri untuk berkembang. “Apabila tidak memiliki pola pikir digital, seseorang akan ketinggalan zaman dan potensi dalam diri tidak akan pernah berkembang, alias stagnan,” Dian mengingatkan.
Dalam kesenpatan yang sama, Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Bone, Nur Aisyah Rusnali menyampaikan, agar kecanggihan teknologi digital bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah juga perlu bertanggung jawab untuk membuat masyarakat Indonesia melek digital. Termasuk juga, agar memanfaatkan teknologi secara tepat guna, dan menghindarkan masyarakat dari ancaman kejahatan digital.
Salah satu caranya, adalah dengan menyelenggarakan kegiatan literasi digital ke seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali. Akan tetapi, lanjut Nur Aisyah, pemerintah juga memiliki kendala agar masyarakatnya berliterasi dengan baik di bidang digital. Di antaranya, adalah angka buta huruf di Indonesia yang masih tinggi, yakni setidaknya ada tiga juta orang yang belum bisa membaca dan menulis.
Faktor lainnya adalah infrastruktur teknologi digital yang belum merata sehingga akses internet di banyak wilayah berbeda kualitasnya. Selain itu, ada pula sebagian masyarakat di Indonesia yang menutup diri terhadap perkembangan teknologi digital.
Peran pemerintah, disebut Nur Aisyah, sangat penting dalam optimalisasi teknologi digital di Indonesia. Karena,iterasi digital merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan masyarakat informasi Indonesia di 2024.