Tantangan Menjaga Indonesia di Luasnya Rimba Maya
Indonesia yang terdiri dari suku, bahasa, agama, dan budaya, tentu melahirkan tantangan yang berat dalam upaya menjaga persatuan. Dengan kondisi ini, dibutuhkan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menjaga kerukunan dan persatuan.
Kini, medium digital pun bisa digunakan untuk menjaga persatuan tersebut. Menurut Ketua Asosiasi Sales Nasional Indonesia (ASNI) Makassar Hasrul As, para pemuka agama sejatinya juga dituntut aktif dalam memberi informasi dan pemahaman agama untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat saat ini.
Caranya, adalah dengan mengemas dakwah secara modern. "Literasi beragama dengan internet adalah bagian yang tidak boleh diabaikan dalam kehidupan beragama saat ini, yakni dengan ikut serta mewarnai dinamika informasi perihal agama dengan pemahaman yang benar di dunia maya," ungkapnya, dalam webinar bertema “Jaga Persatuan di Ruang Digital: Mengolah Keberagaman di Media Sosial”, Kamis (17/11) di Makassar, Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Para tokoh agama tersebut, lanjut Hasrul, berperan penting menjaga komitmen dalam berbangsa, yaitu setiap orang harus bisa menjaga dan mencintai Tanah Air. Selanjutnya, dalam hal toleransi ia menjelaskan, peran penyuluh dan tokoh agama juga berperan sangat penting sebagai agen moderasi beragama untuk mendiseminasikan nilai-nilai moderasi agama kepada khalayak dalam setiap dakwahnya.
“Patut dijelaskan pula bahwa keragaman di Indonesia itu, seperti budaya, suku, dan bahasa, adalah berkah luar biasa yang harus dijaga dan menjadi sumber persatuan, bukan perpecahan,” ucap Hasrul.
Ketua Umum Relawan TIK Indonesia Fajar Eri Dianto menambahkan, tantangan budaya di era digital saat ini adalah menipisnya rasa wawasan kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu, menurut dia, dibutuhkan kompetensi budaya dalam bermedia digital.
Kompetensi itu, antara lain pengetahuan dasar nilai-nilai Pancasila sebagai landasan kecakapan digital, pengetahuan akan hak-hak digital, dan pengetahuan yang mendorong perilaku mencintai dan bangga akan produk-produk buatan dalam negeri.
“Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah dasar moral bangsa yang juga harus dibawa ke ranah online sebagai ciri bangsa Indonesia, menjadi dasar terbentuknya kesatuan dan persatuan masyarakat,” kata Fajar.
Sementara itu, Koordinator Nasional Arus Informasi Nusantara Anifatul Jannah mengingatkan, upaya menjaga persatuan dan kesatuan di ranah online tetap harus memegang prinsip keamanan digital. Kompetensi keamanan digital yang dibutuhkan adalah mengamankan perangkat digital, mengamankan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, dan memahami keamanan digital bagi anak.
“Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital. Yang bisa kita lakukan adalah meminimalkan resikonya sekecil mungkin. Lalu, selalu berpikir kritis dan tak mudah percaya dengan apa yang diperoleh di ruang digital,” ia mengingatkan.