Digitalnote

Manfaatkan Ruang Digital untuk Cegah Stunting

Unsplash/Larm Rmah
Unsplash/Larm Rmah

Persoalan stunting atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi pada anak tidak bisa dianggap remeh. Karena, stunting akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa.

Prevalensi stunting di Indonesia saat ini, ada di angka 24,4 persen, pada data 2021. Angka tersebut di atas batasan yang diberikan Badan Kesehatan Dunia PBB atau WHO yang di angka 20 persen.

Sementara target yang ditetapkan WHO, prevalensi stunting ini dapat turun menjadi 14 perseb pada 2024. Oleh karena itu, pemanfaatan ruang digital sebagai sarana edukasi, advokasi, atau sosialisasi, sangat penting untuk pencegahan stunting sejak dini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada webinar “Pemanfaatan Ruang Digital untuk Edukasi dan Sosialisasi Pencegahan Stunting”, Jumat (28/10) di Makassar, Sulawesi Selatan, dosen Polimedia Kreatif Abdul Malik menjelaskan, stunting, digambarkan dengan tumbuh kembang anak yang kekurangan gizi, tinggi badan yang masih di bawah tinggi badang orang seusianya. Biasanya, ia melanjutkan, stunting mulai tampak pada anak setelah berusia dua tahun.

Untuk mencegah stunting di Indonesia meluas, menurut Abdul, bisa dilakukan dengan pemanfaatan ruang digital sebagai sarana edukasi dan sosialisasi atau advokasi. Konten yang bisa untuk edukasi pencegahan, misalnya, konten tentang sanitasi, pemenuhan gizi, penggunaan air bersih, maupun pengelolaan sampah.

“Untuk konten advokasi, bisa dilakukan dengan medium audio, visual, dan gabungan keduanya. Secara visual bisa dibuat lewat poster, meme, komik, atau foto jurnalistik. Sementara untuk advokasi audio visual bisa lewat iklan suara, podcast, maupun hingga film pendek atau vlog,” jelas Abdul.

Senada, untuk mengampanyekan gerakan pencegahan stunting di ruang digital, Social Media Specialist GoodNews From Indonesia Ni Putu Ruslina Darmayanthi memaparkan, bisa ditempuh dengan membuat konten yang tepat. Ia memberikan tips yang disebut dengan 7K. Ketujuh K tersebut adalah kenali target audiens, komunikasi dua arah, konten yang kuat, konsisten dan berkelanjutan, kuasai aplikasi pengolah gambar, video, dan audio dan kolaborasi. "Serta yang terakhir “Kuy, mulai!” ujarnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict