Social Commerce, Sentuhan Baru Lokapasar Indonesia

Belanja daring, saat ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketika pandemi terjadi di awal 2020, bisnis lokapasar tumbuh sekitar 33 persen dengan nilai yang fantastis dengan capaian sekitar Rp 337 triliun.
Laporan yang pernah dirilis Google, Temasek, dan Bain Company pada Oktober 2020 menyatakan, waktu yang disediakan orang untuk masuk ke platform lokapasar juga meningkat. Dari yang mulanya hanya 3,7 jam per hari naik menjadi 4,7 jam per hari saat terjadi pembatasan mobilitas.
Namun, angka ini menurun kembali menjadi 4,2 jam per hari setelah pembatasan berakhir. Pada Senin (22/8/2022) penyedia solusi lokapasar dengan layanan teknologi omnichannel terintegrasi, Enablr meluncurkan echogroup.id, sebuah marketplace berbasis laman.
Echogroup.id hadir untuk memudahkan UMKM berjualan secara kolektif kepada konsumen dan mendapatkan berbagai produk kebutuhan harian dengan harga termurah. Pengalaman berbelanja yang dihadirkan Echo, menganut prinsip social commerce.
Di mana, konsumen bisa berbelanja bersama-sama dengan relasi, kerabat atau keluarga terdekat untuk mendapatkan banyak manfaat, seperti diskon menarik dan harga yang jauh lebih murah. Founder dan CEO Enablr, Yohan Christian mengungkapkan, dilihat dari kultur masyarakat Indonesia yang suka melakukan kegiatan secara bersama-sama, Echo berupaya menciptakan ekosistem berbelanja kolektif.
"Diharapkan konsep ini dapat memberikan banyak keuntungan menarik, baik bagi penjual dan konsumen," ujarnya. Menurut Yohan, saat ini para pebisnis UMKM semakin ditantang untuk beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang kian dinamis.
Kini, para pebisnis juga perlu semakin strategis dan kreatif untuk menentukan di mana akan menjual barang dagangannya dan seperti apa pemasaran yang akan dijalankan. "Kami melihat konsep community buying ini memiliki potensi keberhasilan yang amat tinggi jika diterapkan di market Indonesia," Yohan melanjutkan.
Co-founder Enablr, Sandi Wijono menambahkan, kehadiran Echo ditujukan untuk membangun ekosistem di mana para pelaku UMKM dan bisnis lainnya mampu memiliki daya saing dan mengubah model bisnis ritel yang saat ini tergolong supply-driven menjadi demand-driven. Menurutnya, kehadiran Echo bagi para pelaku bisnis ini juga selaras dengan tren yang sangat positif di industri ekonomi digital.
Dimana, laporan terbaru e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan Google, Bain & Company menyebut, nilai ekonomi digital Indonesia melesat hingga 49 persen year-on-year menjadi 70 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2021. Bahkan, ekonomi digital Indonesia diprediksi bisa menyentuh 146 miliar dolar AS pada 2025.
