Digitalnote

Teknologi dan Praktik Ekonomi Sirkular

Unsplash/Sigmund
Unsplash/Sigmund

Isu kelestarian lingkungan, saat ini terasa semakin mendesak dengan dinamika perubahan iklim. Konsep zero waste dengan pemanfaatan teknologi lingkungan pun kini semakin diperlukan.

Konsep ekonomi sirkular pun kini makin populer. Konsep ini adalah alternatif para pelaku ekonomi dimana mereka menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin.

Termasuk, terus menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan pada setiap akhir umur layanan. Salah satu perusahaan yang menerapkan konsep ini, adalah di usianya yang 53 tahun, Ajinomoto konsisten melakukan praktik ekonomi sirkular untuk ciptakan proses produksi ramah lingkungan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di hulu, dengan teknologi yang dimiliki, Ajinomoto menekan penggunaan raw materials untuk meningkatkan produktivitas. Pada proses ini hingga mencapai hilirnya, Ajinomoto menghasilkan co-product atau produk samping yang memiliki nilai jual dan bisa diaplikasikan di bidang pertanian.

Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, Agriculture Development (Agri Dev) Department Ajinomoto juga mengolah produk samping dalam bentuk padat menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak TRITAN, dan beberapa produk sampingan lainnya yang juga mempunyai nilai jual. Pabrik Ajinomoto di Mojokerto juga telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai zero waste yang merupakan upaya meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga ke titik nol.

Dok Ajinomoto
Dok Ajinomoto

Di antaranya, pengurangan konsumsi air, penerapan Bio-Cycle & Eco-Activity yang menghasilkan co-product seperti Pupuk AJIFOL, AMINA, dan bahan baku pakan ternak FML. Selain itu ada juga peningkatan pengelolaan air limbah supaya ketika disalurkan ke Sungai Brantas kualitas airnya menjadi lebih baik dan bersih.

Presiden Direktur PT Ajinomoto Indonesia Shinichi Matsumoto menjelaskan, mengenai usaha Ajinomoto dalam kegiatan konservasi air, “Kami mendukung pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan air hingga 31 persen, dari based line 2016, dengan melakukan penghematan melalui peningkatan kualitas air," ujar Matsumoto.

Langkah ini, ia melanjutkan, juga bertujuan untuk menjaga ketersediaan air dalam skala regional. Sehingga dapat membantu mengatasi keterbatasan sumber daya air akibat peningkatan konsumsi air.

Meski dengan mengurangi penggunaan air hingga 31 persen, kemampuan produksi ternyata tidak terganggu dan masih bisa meningkat. Kualitas produksi pun juga masih tetap dapat terjaga.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict