Digitalnote

Antusias Terapkan Praktik Zero Waste

Pixabay/Didgeman
Pixabay/Didgeman

Isu lingkungan dan kaitannya dengan perubahan iklim, saat ini masih terus mendapat perhatian. Berbagai perusahaan pun terus memperkuat komitmennya untuk mewujudkan konsep ekonomi sirkular dalam praktiknya.

Beberapa waktu lalu, pada pembukaan acara Kick Off Tahunan Lenovo untuk menandai dimulainya tahun fiskal baru, Ketua dan CEO Lenovo, Yuanqing Yang mengungkapkan, komitmennya untuk mencapai net-zero pada 2050. Komitmen intensif terhadap inovasi, yang didukung oleh komitmen Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) hadir saat Lenovo melanjutkan transformasinya dari perusahaan perangkat, menjadi pembangkit tenaga teknologi global yang juga mencakup layanan dan solusi.

Menurut Yang, Lenovo juga menawarkan layanan Asset Recovery System (ARS) atau Sistem Pemulihan Aset untuk membuang aset IT yang tidak digunakan dengan prosedur yang aman dan berkelanjutan. Saat ini, menurut Global E-Waste Monitor UN pada 2020, kita menghasilkan sekitar 50 juta ton limbah barang elektronik setiap tahun.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Hal ini setara dengan membuang 1.000 laptop setiap detik. Wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merupakan salah satu penyumbang terbesar karena banyak perusahaan tidak memiliki keahlian untuk mengelola aset IT ketika tidak lagi digunakan sekaligus menjaga data dengan aman.

"ARS mematuhi kebijakan lingkungan sehingga perusahaan dapat membuang aset IT secara berkelanjutan, dan mengelola risiko keamanan data privasi selama proses pembuangan berlangsung," ujarnya.

Minimalisir Dampak Lingkungan

Dok Ajinomoto
Dok Ajinomoto

Upaya melakukan praktik sirkular ekonomi untuk ciptakan proses produksi ramah lingkungan, juga dilakukan PT Ajinomoto Indonesia (Ajinomoto). Hal ini diterapkan oleh pabrik Ajinomoto di Mojokerto yang telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai zero waste sebagai upaya meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga ke titik nol.

Berbagai upaya yang dilakukan meliputi, pengurangan emisi karbon, pengurangan konsumsi air, penerapan Bio-Cycle dan Eco-Activity untuk menghasilkan co-product seperti pupuk Ajifol dan Amina. Selain itu ada juga peningkatan pengelolaan air limbah supaya ketika disalurkan ke Sungai Brantas kualitas airnya menjadi lebih baik dan bersih.

Konsep ekonomi sirkular berkaitan dengan salah satu kebijakan yang digulirkan Kementerian Perindustrian, yakni industri hijau. Implementasi industri hijau mengupayakan efisiensi dan efektivitas terhadap penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga mampu menyeleraskan pembangunan industri.

“Kami selalu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi produksi dari hulu hingga hilir pada proses produksi yang ada," ujar Yudho Koesbandryo selaku direktur PT Ajinomoto Indonesia, dalam diskusi 'Mendorong Industri Hijau Melalui Circular Economy.'

Di hulu, ia melanjutkan, dengan teknologi yang dimiliki, Ajinomoto menekan penggunaan bahan baku mentah untuk meningkatkan produktivitas. "Kemudian pada proses tersebut hingga mencapai hilirnya, kami menghasilkan co-product atau produk samping yang memiliki nilai jual dan bisa diaplikasikan di bidang pertanian," jelas Yudho.

Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, di Agriculture Development (Agri Dev) Department, Ajinomoto juga bertanggung jawab untuk mengolah produk samping dalam bentuk padat menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak, dan beberapa co-product lainnya yang juga mempunyai nilai jual,” ujar Yudho.

Selain itu, Ajinomoto juga menerapkan aktivitas produksi yang ramah lingkungan seperti pengurangan 34.900 ton emisi karbon (CO2) dengan berbagai cara. Di antaranya, mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Technology believer.. tech-society observer.. recovering digital addict