Menaklukan Uniknya Lansekap Pasar Digital di Indonesia
Laporan tahunan yang diterbitkan oleh Google, Temasek, dan Bain & Company mencerminkan adanya hantaman keras yang dirasakan oleh pelaku industri teknologi di Indonesia. Dalam laporan e-Conomy Sea 2023, penurunan ini tertuang dalam revisi angka proyeksi nilai ekonomi digital di Indonesia.
Pertumbuhan nilai produk kotor (GMV) yang ditransaksikan lewat aktivitas ekonomi digital Indonesia tidak semenjanjikan sebelumnya. Menurut laporan 2023, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2022 hanya 76 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp 1.206 triliun) pada 2022.
Padahal pada laporan 2022 GMV ekonomi digital RI, diperkirakan mencapai 77 miliar (Rp 1.222 triliun). Dampak perlambatan pada 2022 ini pun diperkirakan masih akan terasa hingga masa depan.
Meski demikian, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI terus mengembangkan ekosistem digital di Indonesia dengan menggelar acara puncak Milestone Day. Kegiatan ini, merupakan penutup dari serangkaian program akselerator Startup Studio Indonesia (SSI) Batch 7, dan diadakan pada Jumat (24/11/2023).
Baca Juga: Napas Baru untuk Mendukung Ekosistem Startup Tanah Air
Pada momen ini, Kominfo juga memperkenalkan program baru bernama “SSI X”, yang merupakan wadah bagi kolaborator, berupa institusi pemerintahan/swasta, untuk turut serta dalam pengembangan founder dan startup digital. Direktur Pemberdayaan Informatika, Kominfo RI, Slamet Santoso menjelaskan, perjalanan membangun produk digital untuk pasar Indonesia sangatlah unik dan hanya bisa dipelajari melalui akumulasi pengalaman.
"Karena itu, mengusung semangat pengembangan ekosistem startup digital yang praktis dan kolaboratif, kami mengundang institusi pemerintah dan swasta untuk turut berpartisipasi dengan menyediakan akses case study dan akses ke pasar melalui eksperimen sandbox," ujarnya.
Dengan begitu, lanjut Slamet, diharapkan eksperimen terbatas ini dapat membantu startup dalam memvalidasi produknya di target pasar. Startup Studio Indonesia merupakan program akselerator startup digital Kominfo yang bertujuan mendampingi dan membina para startup tahap awal (early-stage) selama 15 pekan, agar bisa menemukan product-market fit (PMF).
Sejauh ini, SSI telah menuntaskan tujuh batch pelatihan, dengan total 115 alumni startup berprestasi. Berdasarkan data, total pendanaan yang tersalur ke startup alumni SSI Batch pertama hingga tujuh telah mencapai lebih dari Rp 1,2 triliun.
Sebagai acara puncak yang menutup SSI Batch 7, Kominfo menggelar Milestone Day, dimana para usaha rintisan berkesempatan mempresentasikan progress masing-masing di depan para pemangku kepentingan. Mulai dari investor hingga lembaga pemerintahan. Milestone Day yang bertajuk “Empowering Tomorrow: Charting New Landscape in Business and Society”.
Kegiatan ini terdiri dari rangkaian talkshow yang mengundang para narasumber inspiratif dari berbagai industri, seperti teknologi, kesehatan, energi, hingga fintech. Beberapa narasumber yang hadir memberikan pemaparan di antaranyaVP Inovasi Teknologi dan Inkubasi Bisnis Korporat PT PLN, Tri Hardimasyar, Head of International Business Bank DKI, Risman Firmansyah, CEO Rekosistem, Ernest Layman dan CEO Eratani, dan Andrew Soeherman.
Dengan usainya SSI Batch yang ketujuh para usaha rintisan yang kini resmi menjadi alumni di antaranya, AyoKenalin (jaringan agen online untuk pemasaran digital), Banoo (solusi IoT untuk perikanan), CareNow (pembiayaan kebutuhan medis), FarmaCare (platform rantai pasok farmasi), dan Gapai.id (platform lowongan kerja untuk migran).
Untuk membantu para usaha rintisan ini di tahap awal dalam menavigasi lanskap ekonomi digital yang terus berubah, Kominfo akan terus melanjutkan program Startup Studio Indonesia dengan target meluluskan 150 usaha rintisan digital d
2024. Harapannya, para alumni SSI mampu mengembangkan skala bisnisnya, baik dari segi jumlah pengguna, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pendanaan dari Venture Capital, pascamengikuti pelatihan.