Digitalnote

Ramai-ramai Implementasi AI untuk Menunjang Proses Bisnis

Imolementasi AI di berbagai perusahaan (ilustrasi)

Saat ini, pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) kian banyak ditemui dalam berbagai jenis industri. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, XL Axiata juga tidak asing dari teknologi yang saat ini tengah ramai diperbincangkan masyarakat ini.

“XL memulai perjalanan AI di 2020. Yang mendorong untuk mulai AI dan Machine Learning ini, ada dua hal. Yang pertama dari sisi produktivitas dan yang kedua dari kacamata customer experience,” ujar Direktur & Chief Enterprise Business and Corporate Affairs Officer XL Axiata, Yessie D Yosetya, dalam acara Tech Talk, di Jakarta yang mengusung tema “AI Ethics”.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Acara talkshow yang diselenggarakan Medcom.id ini merupakan yang kedua kalinya, dan disponsori IBM serta mendapat dukungan dari Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN) dan Microsoft.

Yessy meyakini, kemajuan teknologi seharusnya membantu pihaknya untuk meningkatkan produktivitas dan menghadirkan pengalaman hingga perjalanan penggunaan jauh lebih baik. AI juga membantu pihaknya untuk menindaklanjuti dialog secara lebih detail.

 

Direktur & Chief Enterprise Business and Corporate Affairs Officer XL Axiata, Yessie D Yosetya.

Tugasnya, membantu mengevaluasi permasalahan dari keluhan yang disampaikan pengguna, misalnya soal aplikasi. Berkat AI, kata Yessy, XL Axiata menyebut berhasil memangkas biaya dan mengalami peningkatan trafik secara signifikan, sebesar 70 persen.

Mengimplementasikan strategi peralihan digital yang tepat, dengan memanfaatkan teknologi AI juga merupakan kunci kesuksesan XL dalam mengelola bahkan mengurangi biaya. Senada, President Director IBM Indonesia, Roy Kosasih menyebut teknologi Artificial Intelligence (AI) kini telah menjadi tren yang tidak hanya merupakan keinginan, tapi kebutuhan dan kepastian.

“Kami yakin AI tidak hanya membantu pertumbuhan ekonomi dan GDP suatu negara, tapi juga kemampuan individu dari banyak pelaku bisnis untuk berkompetisi. Maka kualitas atau kemampuan SDM dalam memanfaatkan AI menjadi sangat penting,” ujarnya.

Baca Juga: Algoritma AI dan Ancaman Demokrasi

Soal kepopuleran Generative AI, IBM menyebut teknologi ini dapat membawa sejumlah manfaat untuk perusahaan. Termasuk meningkatkan otomasi pada lini produksi di perusahaan.

AI Generatif, menurut Roy, akan memiliki potensi besar untuk bisa menciptakan kemampuan baru, meningkatkan produktivitas serta banyak efisiensi, yang turut mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia. "Di IBM, kami mengusung lima pilar kepercayaan yang sangat penting untuk membangun sistem AI terpercaya, yaitu kemampuan untuk menjelaskan, keadilan, ketangguhan, transparansi dan privasi," lanjutnya.

Untuk membantu pengguna, IBM juga menawarkan Watsonx, yang mampu mendukung klien dalam mengembangkan dan mengimplementasikan model AI sembari menyelesaikan permasalahan terkait dengan transparansi, privasi dan kepatuhan terhadap regulasi. Melalui IBM Watsonx, Roy menyampaikan, bisnis akan mendapatkan akses ke rangkaian alat, teknologi, infrastruktur, dan layanan konsultasi dari ahli untuk membangun model AI yang tersedia karya mereka.

Termasuk juga, menerapkannya pada skala besar dalam lingkungan terbuka dan lebih terpercaya untuk mendorong kesuksesan bisnis. Watsonx, lanjut dia, bukan hanya tentang inovasi AI, tetapi juga mengedepankan kontrol kualitas yang memastikan keterpercayaan. 

 

AI sebagai Copilot

Pemanfaatan AI dengan etika (ilustrasi)

Microsoft juga telah memasukan teknologi AI ke dalam aplikasinya, salah satunya lewat Microsoft Copilot, yang juga menyediakan platform untuk siapapun mengembangkan produk AI mereka sendiri.

“Di perusahaan kami AI, adalah co-pilot. Pilot tetap manusia sebagai pengawasan dan menentukan perintah yang diberikan untuk membuka peluang kreativitas serta inovasi, dan tadi disampaikan yaitu efisiensi lebih besar,” kata Director of Government Affairs Microsoft Indonesia & Brunei Darussalam, Ajar Edi.

Menyinggung soal etika, Ajar mengatakan, produk AI mereka sudah dari awal desain, secure, safety, dan trustworthy sejak sebelum diluncurkan. Beberapa prinsip yang diusung adalah bisa diandalkan, inklusif, keamanan dan privasi yang terjaga, transparansi, serta akuntabilitas.

“Akuntabilitas yang paling penting. Jadi kita punya akuntabilitas atas produk kita dan tindakan yang muncul dalam penggunaan AI,” jawabnya sambil mencontohkan interaksi menggunakan AI Bing Chat Enterprise.

Pada interaksinya di dalamnya terlihat prinsip yang dianut oleh Microsoft untuk etika AI mereka. Misalnya, Aprivasi dan keamanan isi percakapan yang berkaitan dengan data penting atau sensitif yang dijamin tidak akan bocor.

Baca Juga: Mengupas Kemampuan Bard, Platform AI Besutan Google

Kemudian hasil pencarian foto atau gambar yang disediakan bisa diketahui sumbernya dari mana. Kemampuan AI yang dirancang Microsoft di dalamnya juga menerapkan keamanan dalam hal konten yang dihasilkan atau disediakan.

Misalnya, tidak menampilkan atau memberikan output yang mengandung SARA atau konten sensitif, seperti kecelakaan atau yang bisa memicu konflik. “Prinsip yang selalu jadi perspektif kami tipsnya adalah saat membangun use case penggunaan AI pastikan bahwa use case ada, aman, dan apa yang akan terjadi. Jadi kita ada Impact Assessment untuk belajar pengembangan AI," ungkap Ajar.

Di tahap tersebut juga diajak duduk bersama orang-orang dari ragam latar belakang dan profesi untuk mengecek kembali aspek mana saja yang masih bisa ditingkatkan dari teknologi AI tersebut. “Kami merasa pemerintah harus memimpin industri dalam rangka mengatur AI termasuk safety breaks atau menjamin keamanan operasional AI,” tegasnya.