Tepat Menyikapi Hoaks, Ruang Digital pun Kian Nyaman
Selama pandemi, banyak sekali kabar bohong beredar, khususnya informasi yang terkait kesehatan. Dalam menyikapi badai informasi ini, perlu kecermatan atas setiap berita yang beredar agar hoaks tidak semakin menyebar luas.
Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk membantu membuat ruang digital lebih steril dari hoaks. Menurut Koordinator Mafindo Semarang Raya Basuki Setia Nugroho, di masa pandemi Covid-19, banyak beredar kabar bohong atau hoaks mengenai penyakit yang ditularkan oleh virus tersebut.
Hoaks pun menyebar dengan cepat lewat media sosial atau aplikasi percakapan. Salah satunya adalah hoaks tentang ciri-ciri serangan Covid-19 varian terbaru, misalnya individu yang terpapar tidak batuk atau demam, tetapi mengalami nyeri sendi.
Basuki menambahkan, untuk mengenali apakah informasi atau kabar tersebut masuk kategori hoaks atau bukan, caranya adalah dengan mengenali sumber informasinya apakah dari sumber yang kredibel atau bukan. Lalu, lakukan pengecekan link informasi melalui tools pemeriksa fakta, seperti situs turnbackhoax.id, cekfakta.com, atau bergabung dengan forum diskusi antihoax semacam Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoaks.
“Selalu berpikir kritis apabila menerima atau membaca informasi di internet maupun di media sosial. Intinya, jangan mudah percaya terhadap apa yang kita peroleh di ruang digital,” kata Basuki dalam webinar yang mengambil tema “Waspada Hoaks Info Kesehatan di Ruang Digital!” yang berlangsung Jumat (4/11) di Makassar, Sulawesi Selatan.
Senada, blogger gaya hidup Zilqiah Anggraini menyampaikan, ada beberapa hal yang harus dipahami sebelum meneruskan berita kepada orang lain. Salah satunya, adalah berhati-hati dengan judul berita yang provokatif.
"Periksa fakta yang disampaikan dalam berita tersebut dengan mencari perbandingannya di situs yang kredibel. Selanjutnya, cek keaslian foto dan cermati alamat situsnya," ujar Zilqiah dalam kesempatan yang sama.
Sikap saat menerima hoaks, ia mengingatkan, adalah dengan menghentikannya untuk tidak meneruskan ke orang lain. Laporkan juga berita tersebut ke situs pemberantasan hoaks dan barengi dengan peningkatan pemahaman literasi digital.
Menurutnya, dalam menggunakan media sosial kita harus memiliki sensor pribadi, yaitu harus bisa memilah mana yang layak dan mana yang tidak layak untuk diteruskan ke orang lain. Kemudian, cermat beretika di media sosial atau saat berinteraksi di ruang digital. Sebab, ruang digital tetap diatur dengan aturan yang berlaku dan kita tidak bisa berlaku semena-mena.
Di sisi lain, Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya Meithiana Indrasari menambahkan, budaya digital haruslah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila amat penting diterapkan. Dunia digital, kata dia, adalah dunia yang kita hidupi kita sekarang ini. "Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, sekaligus tempat di mana bangsa hadir dengan penuh bermartabat,” ucap Meithiana.